EMPIRISME DAVID HUME
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Filsafat Umum
Dosen Pengampu: Drs. Usman, SS.
Disusun oleh :
Yunida
Nur Apriyani
10410043
/ II PAI-D
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
/ 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pengetahuan yang semakin maju membuat seseorang juga berpikir
maju seiring dengan perkembangan pengetahuan tersebut. Pendapat seseorang akan
filsafat juga berkurang karena dianggap menjadi sesuatu yang tak berguna untuk kehidupan.
Dalam pengetahuan untuk mengetahui benar atau salah diperoleh oleh seseorang
melalui indrawinya.
Pengetahuan-pengetahuan
yang diperoleh secara indrawi merupakan salah satu aliran dalam filsafat yang lebih
menekankan pada keindrawiannya dalam memperoleh kepastian. Teori ini disebut sebagai
teori empirisme. Dalam peranan pengetahuan, empiris dijadikan sebagai dasar dan
sumber pengetahuan.
Salah
satu tokoh dalam teori empirisme adalah David Hume yang menjelaskan bahwa seluruh
pengetahuan yang dialami oleh seseorang merupakan bagian dari pengalamannya. Dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai “Empirisme”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1.
Bagaimana biografi David Hume?
2.
Bagaimana teori David Hume memaknai pengalaman dan
kausalitas?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui biografi David Hume.
2.
Untuk mengetahui teori David Hume memaknai pengalaman dan
kausalitas.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Biografi David Hume
David Hume (1711-1776 M) dilahirkan di
Edinburg tahun 1711. Ayahnya
meninggal ketika dirinya masih bayi dan perkebunan kecil. David Hume adalah
seorang pelajar yang sukses.
David Hume juga dikenal sebagai seorang filosofi yang
berasal dari Skotlandia. Selain sebagai seorang filosof, beliau juga seorang
sastrawan. David Hume menulis buku pertamanya yang berjudul Treatis of Human
pada tahun 1739 M. Namun dalam penulisan buku pertamanya, karyanya tidak begitu
dikenal. Hume menjadi terkenal dari karya bukunya yang berjudul An Enquiry
Concerning Human Understanding pada tahun 1748 M.
- David Hume Memaknai Pengalaman dan Kausalitas
Hume berpendapat bahwa pengalaman berawal dari ide.
Pengalaman sadar seseorang dibagi menjadi dua, yaitu kesan dan ide. Hume
mengartikan istilah kesan dengan menunjuk terhadap semua pendapat seseorang
yang lebih nyata ketika mendengar, melihat, mencintai, membenci, menginginkan
atau pun menghendaki. Sedangkan pengertian ide adalah sesuatu yang bukan di
dalam isi tetapi berada di dalam kekuatan dan semangat, yang keduanya saling
berkaitan sehingga membuat seseorang dapat merasakannya. Ide dapat diartikan
sebagai gambar yang didasarkan pada memori kesan atau pikiran tentang kesan.
Dalam hal ini melibatkan kemampuan imajinasi seseorang untuk memberikan produk
ide, yang memungkinkan seseorang memiliki kaitan langsung di dalam wilayah
kesannya. Meskipun demikian, semua ide dasarnya berasal dari kesan.
Hume
menjelaskan hubungan antara kesan dan ide dengan menyatakan bahwa keduanya dipandang
dari segi kompleksitasnya. Dari segi tersebut dapat dibagi menjadi dua
kategori. Pertama sebuah kesan yang kompleks tersusun atas kesan-kesan yang sederhana.
Selain itu, setiap ide yang sederhana berasal dari kesan tunggal yang
berhubungan secara langsung. Sebuah ide kompleks tidak perlu berasal dari
sebuah kesan kompleks. Kedua ide-ide kompleks dapat dikembangkan dari berbagai macam kesan sederhana atau kompleks atau
ide-ide kompleks tersebut dapat disusun dari ide-ide sederhana. Dalam
penyelidikan yang dilakukan Hume, ternyata banyak ide kompleks yang tidak
memiliki kesan yang berhubungan dengan ide.
Kemudian
Hume sangat tertarik pada hubungan sebab dan akibat karena semua pertimbangan
yang berkenaan dengan masalah fakta akan tampak berdasarkan pada hubungan sebab
dan akibat. Dengan sarana relasi tersebut, seseorang dapat melampaui bukti dari
memori dan indera seseorang. Hume menegaskan bahwa ketika seseorang berpikir
tentang hubungan sebab dan akibat antara dua hal atau lebih, maka biasanya seseorang
yang dimaksudkan dengan arti yang satu, secara langsung atau tidak langsung bersebelahan
dengan yang lain dan yang satunya yang diberi tanda oleh seseorang sebagai
sebab ke dalam beberapa hal secara temporer mendahului yang lain. Bagaimanapun
kondisi-kondisi ini tampak tidak mencukupi bagi munculnya sebuah relasi sebab
dan akibat. Karena dapat dipahami bahwa X dapat bersebelahan dengan dan secara
temporer sebelum Y tanpa menjadi sebab dari Y, maka diperlukan sesuatu yang lebih.
Hume beranggapan bahwa seseorang menambahkan sebuah ide jika ada hubungan tetap
(necessary connection) antara X dan Y di dalam situasi di mana X dikatakan
sebab dari Y. Tanpa tambahan ide bahwa setiap peristiwa atau hal pasti memiliki
suatu sebab yang menghasilkannya secara pasti, maka pemahaman biasa tentang
relasi sebab dan akibat tidak akan muncul. Dengan demikian, jika suatu gejala
tertentu disusul oleh gejala lain, dengan sendirinya seseorang tersebut
cenderung kepada pikiran bahwa gejala yang satu disebabkan oleh gejala yang
sebelumnya. Misalnya batu yang disinari matahari selalu panas. Seseorang dapat
menyimpulkan batu menjadi panas karena disinari matahari. Tetapi kesimpulan ini
tidak berdasarkan pengalaman. Pengalaman hanya memberikan urutan gejala-gejala,
tetapi tidak memperlihatkan urutan sebab-akibat.
Hume
menegaskan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding kesimpulan logika
atau kemestian sebab-akibat. Sebab akibat hanya hubungan yang saling berurutan saja
dan secara konstan terjadi. Jadi daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu
bukanlah yang dapat diamati. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan
untuk menetapkan peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa yang
terdahulu. Menurut Hume pengalamanlah yang memberikan informasi yang langsung
dan pasti terhadap objek yang diamati sesuai waktu dan tempat. Roti yang telah
saya makan, kata Hume, mengenyangkan saya, artinya bahwa tubuh dengan bahan ini
dan pada waktu itu memiliki rahasia kekuatan untuk mengenyangkan. Namun, roti
tersebut belum tentu bisa menjadi jaminan yang pasti pada waktu yang akan
datang karena roti itu unsurnya telah berubah karena tercemar terkena polusi
dan situasipun tidak sama lagi dengan makan roti yang pertama. Jadi, pengalaman
adalah sumber informasi bahwa roti itu mengenyangkan, untuk selanjutnya hanya
kemungkinan belaka bukan kepastian.[1]
BAB III
PENUTUP
David Hume merupakn seorang filosofi yang dilahirkan di
Edinburg pada tahun 1711. Selain sebagai seorang filosofi, David Hume juga
dikenal sebagai seorang sastrawan. Terkenalnya David Hume sebagai filosofi dari
karayanya yang berjudul An
Enquiry Concerning Human Understanding pada tahun 1748 M.
Dalam karya yang dihasilkan oleh David Hume, beliau lebih
cenderung menggunakan teori empirisme yaitu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman indrawi yang dialami. Beliau menentang adanya kausalitas atau
hubungan sebab-akibat. Sebab hubungan kausalitas hanya berdasar pada kesimpulan
logika bukan dari sebuah pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Atang Abdul dkk.2008.Filsafat Umum(dari
Metologi sampai teofilosofi).Bandung:Pustaka Setia.
Poedjawijatna.1980.Pembimbing Ke Arah AlamFilsafat.Jakarta:P.T.
Pembangunan.
http://amirulbahri.wordpress.com/2010/10/17/empirisme-david-hume/,
13/04/2011, 22.00
0 Response to "Filsafat Umum"
Posting Komentar